Bagaimana Penerapan Ai Pada Teknologi Militer

PBB baru-baru ini mengadakan pertemuan untuk membahas penggunaan sistem senjata otonom yang biasa disebut sebagai robot pembunuh. Hal ini pada dasarnya ada senjata yang diprogram untuk menemukan kelas tagged lalu memilih dan menyerang orang atau objek tertentu di dalam kelas tersebut senjata air dibekali kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri melalui parameter yang telah diprogram.

Teknologi-Ai-pada-militer

Teknologi dibalik sistem senjata ini dinilai belum matang dan rawan kesalahan terutama pada fungsi membuat keputusan. Contohnya adalah amunisi berkeliaran hubla milik Rusia yang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi target menggunakan AI.

Begitu juga switchblade Drone tempur Amerika yang dikerahkan ke Ukraina Minggu lalu Rusia memprotes keras switchblade karena diduga menggunakan fitur pengenalan wajah yang diambil dari database media sosial Rusia untuk membidik pemimpin kunci di medan tempur.

Baca juga surat pengangkatan karyawan

Sebelumnya Ukraina menerima akses gratis jika mesin pencari clearview Ai untuk identifikasi wajah yang memungkinkan pihak berwenang memeriksa orang-orang yang ditujukan untuk memeriksa pengungsi. Namun Rusia menuduh clearview digunakan Ukraina untuk mengidentifikasi Jenderal yang bertugas di lapangan yang diduga mengakibatkan sekitar 7 jenderal terbunuh.

Rusia juga telah membuat kemajuan yang penting dalam tank otonom mesin yang dapat berjalan tanpa operator manusia yang secara teoritis dapat mengatasi kesalahan human error.

Pengembangannya dilakukan oleh militer Rusia mencakup sekitar 24 platform yang menggabungkan beberapa tingkat Ai. Termasuk kendaraan yang berbasis darat udara, laut, ranjau khusus dan bahkan robot anthropomorphic yang dikatakan mampu menggunakan senjata api ganda mengendarai mobil dan melakukan perjalanan luar angkasa.

AI juga diterapkan dalam kompleks manajemen informasi dan pengambilan keputusan militer Rusia logistik pertahanan serta sistem pelatihan dan Manufaktur militer. Namun sistem air Rusia dinilai gagal mengantisipasi kesalahan penyaluran logistik di medan perang Ukraina.

Laporan tentang kehabisan bahan bakar kehabisan makanan dan obat-obatan membuat banyak tentara yang terluka tidak bisa diselamatkan dan dievakuasi. Di luar Amerika dan Rusia Israel telah menginvestasikan 4,5 persen dari PDB mereka untuk penelitian Ai. Sebagai perbandingan 30% kegiatan penelitian dan pengembangan Israel ditujukan atau dihabiskan untuk produk militer.

Israel memiliki unit riset yang disebut sigma tujuannya adalah untuk mengembangkan penelitian dan mengimplementasikan kecerdasan buatan terbaru serta penelitian software canggih. Terbukti Israel baru saja berhasil menciptakan sebuah senjata berteknologi canggih yang diklaim oleh pihak militer belum dimiliki negara manapun di dunia.

Menurut pasukan pertahanan Israel IDF senjata tersebut mampu menghancurkan pesawat tanpa awak hanya dalam sekejap. Dan hebatnya lagi dalam uji coba tersebut dipasang pada pesawat penerbangan sipil dengan jangkauan efektif 20 KM.

Melihat implikasi perang Rusia Ukraina yang menjadi Medan ujicoba teknologi Perang Ai akan membuat Rusia dan Amerika beradu kuat di forum Keamanan PBB untuk mengajukan pembatasan mesin Perang AI. Apalagi posisi Rusia yang selama ini mengandalkan pasokan chip teknologi tinggi dari Taiwan dan Jepang mengalami blokade perdagangan Global. Macetnya rantai pasokan teknologi untuk Rusia dinilai tidak fair dibandingkan dengan posisi Amerika.

Meskipun kedua negara tidak bertempur secara langsung tapi teknologi Ai NATO diduga memanfaatkan situasi di Ukraina untuk menelanjangi teknologi militer Rusia. Para ahli membuat Rusia memiliki kepentingan besar untuk kontrol terhadap mesin ai.

AI Amerika juga berkepentingan besar untuk mengontrol teknologi air pada militer dunia, bukan karena khawatir terhadap kekuatan Rusia namun pada perkembangan teknologi Ai Cina yang berkembang sangat pesat apalagi Cina memiliki kedekatan ideologis dan historis yang sangat kuat dengan Rusia.

China memiliki pabrik chip canggih seperti NCMA ID dan SMIC yang bisa menggantikan posisi Taiwan dan Jepang sebagai pemasok chip ke Rusia. Senjata militer cenderung tidak menggunakan chip kelas Nano yang teknologinya cuma dikuasai oleh SML sehingga Cina bisa memasok kebutuhan chip ke Rusia.

Berdasarkan penggunaan air di pasar militer tersegmentasi menjadi perangkat lunak, perangkat keras dan layanan Analisis. Segmen perangkat keras selanjutnya dibagi lagi menjadi tiga yaitu prosesor, jaringan dan memori. Segmen perangkat lunak dibagi jadi solusi Ai dan platform Ai segmen layanan dibagi lagi menjadi bantuan perangkat lunak peningkatan dan pemeliharaan serta penerapan dan integrasi.

Segmen perangkat keras diperkirakan akan mencatat tingkat pertumbuhan pendapatan yang cukup kuat. Secara signifikan karena meningkatnya adopsi teknologi Ai untuk operasi yang kompleks yang telah meningkatkan permintaan untuk komponen perangkat keras khusus seperti prosesor Ai.

Processor Ai disebut unit pemrosesan neuromorphic yang secara signifikan lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan dengan prosesor normal. Processor semacam itu digunakan untuk memecahkan masalah komputasi yang kompleks menggunakan algoritma Ai serta memproses sejumlah besar informasi secara lebih efisien.

Berdasarkan platform aplikasinya Ai di pasar militer tersegmentasi menjadi darat laut udara dan luar angkasa. Segmen darat selanjutnya dibagi menjadi kendaraan tempur otonom kendaraan darat tak berawak dan robot tempur otonom.

Segmen laut dibagi menjadi kendaraan maritim tak berawak teknologi anti rudal dan sistem Navigasi kapal

Segmen udara selanjutnya dibagi menjadi kendaraan udara tak berawak perawatan pesawat dan peperangan elektronik kognitif. Sistem luar angkasa dibagi menjadi pemrosesan data satelit sistem navigasi cerdas robot asisten Ai dan eksplorasi luar angkasa.

Segmen luar angkasa menerapkan teknologi berbasis Ai yang dapat memproses data satelit dalam jumlah besar untuk melakukan pengintaian dan pengawasan real-time di medan perang dan meningkatkan pengambilan keputusan selama masa konflik. Para ahli sepakat bahwa Dewan Keamanan PBB harus membahas pembatasan teknologi Perang berbasis Ai.

Ini sangat penting karena ketika operasi militer berjalan dengan buruk negara-negara mungkin tergoda untuk menggunakan teknologi baru untuk mendapatkan keuntungan. Data yang dimasukkan ke dalam sistem berbasis Ai dapat mengajarkan berjarak jauh, seperti apa bentuk target dan apa yang harus dilakukan.

Setelah mencapai target tersebut meskipun mirip dengan alat pengenalan wajah teknologi untuk penggunaan militer memiliki implikasi yang berbeda. Terutama ketika mereka digunakan untuk menghancurkan dan membunuh.

Para ahli telah menyuarakan keprihatinan tentang pengenalan mereka ke dalam konteks perang yang dinamis. Sebelumnya Amerika India dan Israel telah menentang pembatasan Ai untuk teknologi militer. Secara umum negara-negara dengan militer yang lebih maju secara teknologi tidak mau menerima kendala apapun pada perkembangan teknologi Ai.

Di sinilah diplomasi internasional sangat penting harus ada batasan pada jenis senjata ini dan setiap orang harus menyetujui standar bersama dan transparasi dalam penggunaan teknologi Ai. Perang Ukraina harus menjadi peringatan tentang penggunaan teknologi dalam peperangan dan kebutuhan untuk mengatur teknologi Ai untuk memastikan perlindungan sipil.

Pengembangan aplikasi militer kecerdasan buatan yang tidak terkendali dan tergesa-gesa akan terus melemahkan hukum dan norma humaniter internasional mengenai perlindungan sipil.

Meskipun tatanan internasional sedang kacau solusi untuk krisis saat ini dan masa depan adalah diplomatik bukan militer. Indonesia seharusnya menyuarakan pembatasan teknologi Ai ini apalagi negara berkembang seperti kita hanya akan dijadikan sebagai konsumen teknologi militer yang akan dieksploitasi secara ekonomi dan keamanan oleh negara maju. Kita tentu tidak ingin menjadi budak teknologi Ai negara lain.

Arsip Infografis